Dibalik Cerita-Cerita Sang Penerjemah
Bloggers Education Inspiration Knowledge penerjemahan Translation
Selalu ada yang menarik dibalik cerita cerita para professional yang menceritakan profesinya, bisa menjadi cerita yang inspiratif, motivasi dan bisa juga menjadi cerita yang kadang membuat kita tertantang. Cerita dibalik para penerjemah ini saya bagikan kepada Anda.
Dulu sekitar tahun 2007, Mr. Hendro Dosen Pembimbing saya waktu membuat penelitian skripsi saya tentang pragmatic dan penerjemahan audio visual mengatakan "MUSHALLIN!!.. JANGAN JADI PENERJEMAH, JADILAH GURU PENERJEMAHAN” lantas saya bertanya kenapa, Bukan kah penerjemah itu mempunyai income yang lumayan Pak hendro?? Lalu beliau menjelaskan “Dulu senior penerjemah saya di RCTI, senior penerjemah Audio visual saya mengatakan, “JANGAN JADI PENERJEMAH MENDING JADI GURU PENERJEMAHAN” lalu saya menjelakan lagi sama kamu'”, sambil tertawa,…lantas beliau terus menjelaskan, “Karena profesi penerjemah hanya memintarkan (membuat pintar penerjemah itu sendiri) coba dibandingkan dengan guru atau dosen penerjemahan, kamu akan menciptakan translator-translator yang baru, dan saya pun mengangguk-angguk atas penjelasannya…dan beliau juga menjelaskan “Waktu itu saya masih muda, saat senior nya mengatakan begitu, karena masih muda dan masih punya idealis yang tinggi dan saat itulah saya memutuskan untuk menjadi dosen sekarang dan ada kesempatan dapat scholarship ke Ausie” dengan senyumnya Dosen Telaah Drama Inggris sekaligus Vice-Dean of Student Affairs di Universitas Gunadarma itu menjelaskan kepada saya sambil melihat-melihat page per page halaman skripsi saya. Dan beliau banyak sharing tentang pengalamannya sebagai penerjemah audio visual di RCTI waktu itu, seperti karakter tulisan terjemahan pada setiap frame film yang harus 2 baris per frame, per baris nya 48 karakter ternyata ada ilmunya, begitu juga dengan penerjemahan bahasa film Hollywood English Amerika yang terlihat kasar, awkward, weird dan terkesan tidak sopan diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dengan bahasa yang lebih halus. Agar penonton merasa menerima dan nyaman meskipun source language kasar bisa diterjemahakan dengan polite di bahasa tujuan. Dan masih banyak lagi cerita-cerita pengalaman beliau. Dan siang itu, setelah 1 jam ngobrol dan mereview skripsi saya beliau pun harus meniggalkan saya karena masih ada jadual ngajarnya di kelas Sastra yang lain. I’m Proud of him. Thanks Mr. Hendro, my Thesis Successfully done. :-) Lihat Skripsi Tentang Penerjemahan Film saya di Perpustakaan Universitas Gunadarma.
Dulu sekitar tahun 2007, Mr. Hendro Dosen Pembimbing saya waktu membuat penelitian skripsi saya tentang pragmatic dan penerjemahan audio visual mengatakan "MUSHALLIN!!.. JANGAN JADI PENERJEMAH, JADILAH GURU PENERJEMAHAN” lantas saya bertanya kenapa, Bukan kah penerjemah itu mempunyai income yang lumayan Pak hendro?? Lalu beliau menjelaskan “Dulu senior penerjemah saya di RCTI, senior penerjemah Audio visual saya mengatakan, “JANGAN JADI PENERJEMAH MENDING JADI GURU PENERJEMAHAN” lalu saya menjelakan lagi sama kamu'”, sambil tertawa,…lantas beliau terus menjelaskan, “Karena profesi penerjemah hanya memintarkan (membuat pintar penerjemah itu sendiri) coba dibandingkan dengan guru atau dosen penerjemahan, kamu akan menciptakan translator-translator yang baru, dan saya pun mengangguk-angguk atas penjelasannya…dan beliau juga menjelaskan “Waktu itu saya masih muda, saat senior nya mengatakan begitu, karena masih muda dan masih punya idealis yang tinggi dan saat itulah saya memutuskan untuk menjadi dosen sekarang dan ada kesempatan dapat scholarship ke Ausie” dengan senyumnya Dosen Telaah Drama Inggris sekaligus Vice-Dean of Student Affairs di Universitas Gunadarma itu menjelaskan kepada saya sambil melihat-melihat page per page halaman skripsi saya. Dan beliau banyak sharing tentang pengalamannya sebagai penerjemah audio visual di RCTI waktu itu, seperti karakter tulisan terjemahan pada setiap frame film yang harus 2 baris per frame, per baris nya 48 karakter ternyata ada ilmunya, begitu juga dengan penerjemahan bahasa film Hollywood English Amerika yang terlihat kasar, awkward, weird dan terkesan tidak sopan diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dengan bahasa yang lebih halus. Agar penonton merasa menerima dan nyaman meskipun source language kasar bisa diterjemahakan dengan polite di bahasa tujuan. Dan masih banyak lagi cerita-cerita pengalaman beliau. Dan siang itu, setelah 1 jam ngobrol dan mereview skripsi saya beliau pun harus meniggalkan saya karena masih ada jadual ngajarnya di kelas Sastra yang lain. I’m Proud of him. Thanks Mr. Hendro, my Thesis Successfully done. :-) Lihat Skripsi Tentang Penerjemahan Film saya di Perpustakaan Universitas Gunadarma.
Waktu itu saya belum terpikiran untuk menanyakan kepada Mr. Hendro “Bagaimana kalau seorang translator dan berbagi ilmunya melalui media yang bernama blog tau vlog? untuk sharing berbagi ilmu, seperti yang dilakukan oleh Online Buddy saya namanya Femmy di blog multiply waktu itu. Femmy adalah seorang Professional translator yang banyak dari karya-karya penerjemahannya diterbitkan di toko-toko buku yang tersebar diseluruh Indonesia. Waktu itu saya juga menanyakan beberapa pertanyaan seputar Penerjemahan, penerjemah yang merupakan profesinya.
Dan langsung beliau memposting bagaimana cara merintis karir jadi penerjemah lepas, dan e-mail yang saya tanyakan pun beliau balas. Katanya jadi penerjemah itu sangat menjanjikan, tapi jadilah penerjemah untuk lembaga atau perusahaan asing dibayar lebih mahal. kalo penerbit lokal siy lumayan, dan dia tidak mau menyebutkan berapa income yang dia dapat dari 250-300 halaman perbulan, itu tergantung dari penerbitnya.
Dan jelasnya inilah jawaban Teh Femmy tentang jawaban yang saya tanyakan; seperti inteview begitulah kepada seorang praktisi dan penerjemah profesional tahun 2007 lalu;
Wa'alaikum salam, Mushallin,Salam kenal! Aku coba jawab pertanyaanmu satu per satu ya...
* Kalau secara pendidikan formal, aku nggak punya latar belakang yang berkaitan dengan penerjemahan. Dulu aku kuliah di teknik kimia. Tapi ibuku seorang editor di penerbit, dan beliaulah yang memperkenalkan saya ke bidang ini. Saya rasa, untuk menjadi penerjemah, kita tidak perlu latar belakang tertentu. Asal memang mampu, kita bisa menjadi penerjemah.
* Biasanya aku menerjemahkan novel 250-300 halaman dalam sebulan. Jadi mungkin kalau 80 halaman itu, seminggu selesai ya? Karena kebanyakan novel memang tebalnya 250-300 halaman, saya (normalnya) bisa menyelesaikan satu novel per bulan.
* Honor biasanya dihitung dari jumlah halaman terjemahan, dengan setup halaman dan huruf yang disepakati dengan penerbit. Honor per halamannya juga bervariasi, tergantung penerbitnya.
* Soal kata yang tidak dikenal, yang paling sering sih dicari ke kamus yah. Kalau tidak ada di kamus, bisa dicari ke internet. Saya biasanya membuat Notebook sendiri untuk setiap proyek penerjemahan novel, seperti misalnya di sini. Kalau di internet tidak ketemu juga, bisa tanya ke rekan-rekan penerjemah di milis Bahtera, milis khusus penerjemah dari dan ke bahasa Indonesia.
* Kesulitan penerjemahan yang saya hadapi terutama di gaya bahasa dan dialek. Kadang bingung juga, bagaimana mengungkapkan gaya bahasa orang kulit hitam tak berpendidikan, atau gaya bahasa abad 19, ke dalam bahasa Indonesia.
* Untuk software penerjemahan, sejauh ini saya pernah memakai Trados dan SDLX.
* Rasa jenuh memang kadang muncul. Akhir-akhir ini saya perhatikan, rasa ini biasanya muncul jika saya menyunting terjemahan orang lain. Mungkin karena saya jadinya tidak bisa menggunakan gaya terjemahan sendiri.
* Soal tenggat, tergantung penerbitnya juga. Ada yang memberi waktu 1-2 bulan untuk satu novel, ada juga yang tidak memberikan tenggat pasti.
* Saya kira profesi penerjemah ini cukup menjanjikan, apalagi kalau kita bisa meluaskan jaringan ke luar negeri. Profesi ini sangat layak untuk dicoba.
Oke, semoga jawabannya membantu. Kalau ada yang mau ditanyakan lagi, atau perlu diperjelas, silakan tanya lagi ya.
wassalam,
femmy.
Sangat jarang seorang penerjemah professional yang sharing mengenai profesi yang mereka geluti. Femmy adalah seseorang yang masih terus berbagi mengenai projectnya, pengalamannya dan ilmu-ilmunya di blog Multiplynya. Intinya penerjemah adalah manusia-manusia yang sangat punya andil dalam perubahan dan kemajuan dunia. Mungkin itulah sedikit Cerita-cerita Sang Penerjemah yang inspiratif
Thanks Teh Femmy for your sharing!
Memang pada saat itu saya sedang enjoy dan sibuk dengan dunia penerjemahan, dimana saat itu mengerjakan proyek penerjemahan, disertasi dosen Ilmu Komputer dan pejemahan-penerjemahan orderan teman-teman anak arsitek dan mesin yang kadang bikin pusing dengan istilah, pusingnya adalah mencari padanan kata agar tepat diterjemahkaan kedalam bahasa sasaaran, yang bayarannya pun dengan harga teman.
Akhirnya, dari dua cerita penerjemah diatas, (Mr. Hendro penerjemah yang kini menjadi dosen dan Teh Femmy menjadi professional translator yang banyak menerjemahkan buku, novel dari penerbit yang mungkin satu dari buku Anda ada nama beliau di balik cover buku tersebut. So kesimpulan apa yang bisa Anda ambil?? Silakan berkomentar!